I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman Ubi Kayu atau singkong merupakan
salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela
pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya
dari Brasil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika,
Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu berkembang di negara – negara yang
terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono, 2009 : 58).
Sistem
pangan saat ini sedang gencar-gencarnya mengupayakan diversifikasi pangan dari
padi kebahan pangan lain. Bahan pangan tersebut dapat diperoleh dari
umbi-umbian maupun yang lainnya. Umbi-umbian yang biasa dikonsumsi masyarakat
Indonesia yakni ubi kayu dan ubi jalar. Kedua jenis umbi-umbian ini banyak
dikonsumsi karena selain murah, teknik
budidayanya juga tidak terlalu rumit. Ubi jalar memiliki peran yang besar dalam
pembangunan pertanian sehingga prospeknya sangat cerah apabila dikelola dan
dikembangkan dengan pola agribisnis.
Untuk
ubi kayu, permasalahan umum yang ada adalah rendahnya produksi dan produktivitas
yang disebabkan penerapan teknologi budidaya yang kurang tepat. Tanaman ubi
kayu atau singkong (Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditi yang mudah
hidup hanya dengan perbanyakan stek dan sangat digemari oleh masyarakat.
Salah
satu pemanfaatan dari ubi kayu adalah pembuatan tepung tapioka.Tepung tapioka
merupakan tepung pati ubi kayu. Pati adalah bahan utama yang dihasilkan oleh
tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam
jangka panjang. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan
amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras
(pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan
warna ungu pekat pada tes iodine sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Pati
digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan cair seperti
sup dan sebagainya. Dalam industry, pati dipakai sebagai komponen perekat,
campuran kertas dan tekstil, serta pada industri kosmetika. Tanaman ubi kayu
memiliki prospek yang sangat besar untuk menopang ketahanan pangan dan sumber
energi di Indonesia.
Untuk
itu PT.CAM dalam kesempatan ini telah membangun perkebunan ubi kayu dan pabrik
tepung tapioka di Kab. Konawe Selatan. Dengan visi dan misi Perusahaan adalah
menjadi perusahaan Agribisnis yang berkualitas dan dapat dipercaya oleh
masyarakat petani, Koperasi sebagai
mitra bisnis dan Pemerintah.
Indonesia
tercatat sebagai salah satu penghasil singkong terbesar di dunia (±28.8 Juta
Ton/Tahun). Tanah di Indonesia masih luas dan cocok untuk dijadikan kebun
singkong (Plantation) Tapioka merupakan bahan setengah jadi yang memiliki
aplikasi yang sangat banyak Munculnya beberapa teknologi yang mensupport pabrik
tapioka menjadi lebih effisien. Sehingga dengan demikian, kami mengadakan
pratik lapang mata kuliah Ekonomi Terapan dalam Pertanian untuk mengkaji secara
ekonomi yang dilakukan oleh PT.CAM yang mencakup system agribisnis yang selama
ini diterapkan diperusahaan tersebut. Dan adapun yang menjadi latar belakang
dari laporan ini yaitu adanya tugas pratikum mata kuliah Ekonomi Terapan dalam
Pertanian yang dilaksanakan disalah satu perusaahan didaerah Konsel tepatnya di
PT.CAM (Cipta Agung Manis) yang
melakukan pengolahan singkong menjadi tepung Tapioka.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui gambaran umum PT Cipta Agung Manis (CAM), Desa Wandowatu Kecamatan
Andolo Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
2.
Sebagai tugas akhir
mahasiswa dari mata kuliah Ekonomi Terapan Dalam Pertanian
II. GAMBARAN SEKILAS PERUSAHAAN
2.1.
Sejarah Perusahaan
PT. CAM adalah perusahaan yang belum lama berdiri di kabupaten
konawe selatan yang bergerak dibidang
pengolahan bahan baku singkong untuk menjadi tepung tapioka.
PT.
CAM beroperasi sejak tahun 2014 untuk lahan 2200 hektar. Awal mula berdirinya
perusahaan ini hanya bergerak di daerah desa bumi raya dan desa Lalobao
Kecamatan Andoolo, tetapi sekarang perusahaan ini mulai bergerak meluas
dan hampir di seluruh Kebupaten Konawe
Selatan. Perusahaan ini memilih singkong sebagai bahan baku karena Indonesia
tercatat sebagai salah satu penghasil singkong terbesar di dunia (±28.8 Juta
Ton/Tahun). Tanah di Indonesia masih luas dan cocok untuk dijadikan kebun singkong
(Plantation) salah satunya di kabupaten konawe selatan. Tapioka merupakan bahan
setengah jadi yang memiliki aplikasi yang sangat banyak. Munculnya beberapa teknologi
yang mensupport pabrik tapioca menjadi lebih effisien.
Sejak
mulai dirancangnya perusahaan ini ada beberapa masalah yang dihadapi
diantaranya, tidak adanya wilayah lahan yang luas untuk mendirikan perusahaan
serta lahan yang tersediah untuk proses budidaya ubi kayu masih sangat terbatas
sehingga diperlukanlah beberapa negosiasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan,
pemerintah dan masyarakat setempat. Dengan beberapa proses yang dilalui
sehingga PT.CAM memiliki kesempatan untuk berdiri diwilayah konsel. Dan
alhasil, dengan semangat dan tekad yang kuat sehingga berbagai tantangan dan
masalah yang ada dapat dihadapi.
Pada
tahun 2014 PT.CAM mulai dibangun didaerah Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi
Tenggara. Dan rampung pada bulan agustus 2015 ini artinya bahwa proses
pembangunan pabrik memerlukan waktu selama setahun yang akhirnya rampung dan
mulai digunakan. PT.CAM adalah salah satu perusahaan yang terbesar di Indonesia
yang bergerak dibidang pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka.
Latar
belakang berdirinya PT.CAM didaerah konsel yaitu adanya potensi lahan yang
sangat subur dan cocok sebagai tempat budidaya ubi kayu sehingga mendorong para
pengusaha atau investor untuk mendirikan perusahan yang bergerak dibidang
pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. PT.CAM berdiri dengan menggunakan
modal dari para investor yang berasal dari Indonesia serta melakukan pinjaman
modal dibank. Menurut informasi yang kami dapat dilapangan bahwa besar modal
yang digunakan dalam mendirikan perusahaan ini adalah berjumlah triliunan
rupiah. Disamping memiliki potensi sumber daya alam yang memadai di daerah
konsel juga merupakan salah satu daerah yang strategis dalam hal pengembangan
perusahaan yang ada, sehingga berdirilah PT.CAM yang bertujuan untuk
mengembangkan dan mensejahterahkan para petani yang ada di daerah Konsel dan
sekitarnya. Dengan melihat banyak masyarakat konsel yang sebagian besar sebagai
petani sehingga mendorong pemerintah untuk terus berusaha dalam mengembangkan
dan mensejahterakan petani dengan disetujuinya PT.CAM hadir dan dibangun
didaerah konsel tersebut.
Selain
itu PT.CAM juga berdiri diwilayah konsel dengan melihat beberapa aspek
diantaranya sebagai berikut:
1. Mendekati
bahan baku artinya bahwa bahan baku yang digunakan dalam pengolahan tepung
tapioka yang membutuhkan bahan baku ubi kayu atau wilayah penanamannya dekat
dengan perusahaan serta mudah dijangkau.
2. Mendekati
plantation (optional) artinya tempat penanaman berada disekitar wilayah pabrik
sehingga daerah penanamannya dapat diusahakan secara maksimal, atau tidak
terlalu jauh dari pabrik.
3. Mendekati
sungai (waste water threatment) artinya pabrik yang ada harus mendekati sumber
air atau sungai sebagai bahan baku pembantu dan sangat penting. Karena air
dalam pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka sangat memerlukan banyak air
dalam proses produksi. Seperti yang ada di PT.CAM.
4. Kondisi
insfrastruktur jalan, artinya jalan merupakan salah satu insfrastruktur
pendukung yang sangat penting karena dengan adanya jalan yang mudah diakses
sehingga mampu mempermudaha dan melancarkan jalannya usaha yang ada
diperusahaan tersebut.
5. Culture
dan lingkungan, artinya dalam mendirikan sebuah pabrik, lingkungan harus
mendukung yaitu tidak adanya penolakan dari masyarakat setempat , serta tidak
merusak ekosistem dan lingkugan diwilayah sekitar pabrik dan sekitarnya.
Sehingga pabrik yang dibangun bisa beroperasi dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan.
6. Jaringan
listrik artinya jaringan listrik sangat diperlukan dalam pengoperasiaan
perusahaan karena mesin dan alat-alat pengolahan harus beroperasi dengan
menggunakan jaringan listrik. Untuk itu, jaringan listrik juga menjadi salah satu
factor penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan pabrik.
PT.CAM
juga memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan daerah konsel karena
dengan adanya perusahaan tersebut maka pendapatan daerah menjadi lebih besar.
Serta para petani dapat dengan mudah menjual hasil pertaniannya khususnya ubi
kayu yang menjadi bahan baku yang digunakan dalam pengolahan tepung tapioka
yang ada di PT.CAM.
2.2.
Susunan Organisasi
Struktur
organisasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu pencerminan rangkaian kegiatan
dalam pelaksanaan manajemen. Keberadaan sebuah manajemen dan organisasi yang
baik dalam suatu perusahaan adalah faktor penting yang sangat menentukan
kelemahan suatu perusahaan. Dengan struktur organisasi yang terorganisir dan
terkoordinir maka aktifitas masing-masing jabatan atau bagian akan dapat
berjalan dengan baik.
2.3.
Komposisi Modal Perusahaan
PT.CAM
merupakan salah satu perusahaan terbesar dan menggunakan modal yang sangat
besar karena alat yang digunakan dalam produksi tepung tapioka merupakan alat-alat
canggih yang berasal dari luar negeri serta dalam proses pembuatan pabrik dan
penyediaan bahan baku juga membutuhkan modal yang sangat besar dengan demikian
maka PT.CAM memperoleh modal dari para investor-investor besar yang ada di
Indonesia serta pinjaman dana dari bank dengan jumlah triliunan rupiah. Dengan
demikian, komposisi modal perusahaan diperoleh dari para investor besar dan
bank.
III. ANALISA EKONOMI TERAPAN
3.1. Deskripsi Perusahaan Dan Lingkup Bisnis
Pabrik
PT. CAM merupakan pabrik yang terletak di desa Wandowatu kecamatan andolo
kabupaten konawe selatan merupakan pabrik yang baru dibangun pada bulan agustus
tahun 2015, perusahaan ini bergerak di bidang perkebunan dan industri tepung
tapioca dengan luas lahan 2200 hektar.
Asal
mula di bangunnya pabrik PT. CAM ini bermula oleh Bapak Yono Sucipto adalah
seseorang yang menginvestasikan sejumlah uangnya di kabupaten konawe selatan
ini di sebabkan oleh karena sebelumnya
terjadi kejenuhan perusahaan tapioka yang berada di lampung, karena potensi
permintaan terhadap pabrik sangat tinggi, menyebabkan banyaknya penawaran
pabrik oleh konsumen, sehingga terjadi perbedaan harga pada setiap pengusaha
pabrik singkong, selian itu melihat potensi produksi singkong di kabupaten konawe
selatan sangat cocok untuk berbudidaya tanaman singkong dengan kondisi tanah
yang berpasir.
Perusahaan
ini memiliki jumlah karyawan sebanyak 319 orang yang bekerja baik didalam
perusahaan maupun diluar perusahaan. PT.CAM dalam mengembangkan usaha perusahaannya
menggunakan modal yang sangat besar dengan jumlah triliunan rupiah yang
diperoleh dari para investor serta pinjama modal di bank. PT.CAM menggunakan
alat atau mesin pengolahan yang sangat canggih yang didatangkan langsung dari
luar negeri sehingga PT.CAM merupakan salah satu perusahaan besar yang ada di
Indonesia.
Selain
fokus pada pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka PT.CAM juga mengusahakan
atau menciptakan biogas sebagai sumber energy yang dibutuhkan oleh perusahaan
yang berasal dari limbah cair ubi kayu sehingga dengan adanya biogas tersebut
dapat membantu perusahaan dalam proses pengoperasian mengingat sumber daya
listrik yang ada diwilayah konsel masih sangat terbatas sehingga mendorong
perusahaan untuk menciptakan sumber energy sendiri.
Pengairan PT.CAM
menggunakan sumber air yang ada diwilayah konsel dengan mengalirkan langsung
dari kali dengan menggunakan mesin dan diproses secara pertahap dengan
kapasitas penanpungan air yang besar sehingga air yang dihasilkan benar-benar
bersih dan bisa digunakan.
Ruang lingkup bisnis
yang dilakukan oleh perusahaan yaitu produksi yang dihasilkan diusahakan untuk
mencukupi kebutuhan tepung tapioka yang ada diwilayah khususnya Sulawesi
Tenggara. Setelah pemenuhan kebutuhan yang ada di sulawesi tenggara maka pihak
perusahaan akan memenuhi kebutuhan yang ada di jawa dan lampung sebagai
permintaan yang terbesar untuk tepung tapioka. Kedua daerah tersebut merupakan
daerah dengan permintaan tepung tapioka yang tinggi, untuk kebutuhan makanan
dan bahan baku industri.
Pemasaran tepung
tapioka ini belum sampai ke tingkat ekspor karena target perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan domestik atau dalam negeri. Pemenuhan permintaan tepung tapioca
sendiri masih mengekspor dari negara tetangga untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri sehingga dengan adanya perusahaan yang ada di Konawe Selatan yang
bergerak dibidang industri tepung tapioka dapat memenuhi kebutuhan dalam
negeri.
3.2. Lahan
Pertanaman
PT.CAM
memiliki lahan awal untuk penanaman ubi kayu dengan luas 1.800 ha yang terdiri
dari plasma dan HGU. Dengan luas tanam plasma sebesar 825 ha yang diusahakan
dari bulan November 2016 sampai pada bulan desember tahun 2017 dengan jumlah
luas lahan yang sama besar pada setiap bulannya. Dan untuk luas tanam HGU
dengan luas 300 ha yang diusahakan dari bulan November 2016 sampai pada bulan
Desember 2017 dengan jumlah lahan yang sama. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa total luas lahan pertanaman yang ada di PT.CAM pada setiap
bulannya sebesar 1.125 ha dengan total hasil tepung sebesar 250 ton/hari dengan
total hasil ubi HGU 9.000 ton/hari dan total hasil ubi plasma sebesar 24.750
ton/hari dan luas panen 1.125 ha/bulan. Dengan pergiliran 27 hari /bulan.
Prosedur penanaman yang
dilakukan di PT.CAM dengan melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Sumber
Bibit, yaitu menurut informasi yang kami dapat dari hasil pemaparan materi dari
pihak PT.CAM menyatakan bahwa sumber bibit ubi kayu yang saat ini dibudidayakan
didatangkan langsung dari Semarang yang dibawah dengan menggunakan kapal laut.
Dengan jumlah 100.000 batang.
2. Pengolahan
Tanah, yaitu pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan mesin dan lebih
memperhatikan aspek lingkungan serta tidak merusak kesuburan tanah.
3. Penanaman,
yaitu proses penanaman dilakukan dengan sistem buruh tani dengan menggunakan
bibit yang telah distek yang kemudian ditanam secara manual oleh buruh tani.
4. Sulam,
yaitu proses penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tidak tumbuh dengan
baik atau mati.
5. Pengendalian
gulma, pengendalian gulma dilakukan apabila umur tanaman sudah satu bulan untuk
membersihkan gulma-gulma yang menggagu tanaman ubi kayu, dengan cara pencabutan
gulma secara berkala dan dengan melakukan sistem mulsa.
6. Pemupukan,
yaitu pemupukan dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan tanaman yang
membutuhkan pemupukan atau tidak dengan menggunakan pupuk organic.
7. Pengendalian
Hama dan Penyakit, untuk saat ini hama yang menyerang tanaman ubi kayu yaitu
babi, dimana babi datang menyerang pada saat malam hari. Sehingga dengan
keadaan itu maka pada setiap 100 ha lahan dijaga oleh satu orang penjaga untuk
mengontrol agar babi tidak masuk dalam lokasi penanaman ubi kayu.
8. Panen,
proses pemanenan dilakukan dengan cara mencabut secara manual oleh buruh tani.
Dimana tanaman yang siap untuk dipanen adalah tanaman yang sudah berumur 10
bulan sampai dengan 12 bulan.
3.3.
Ketersediaan Bahan Baku
Bahan
baku yang digunakan adalah ubi kayu yang telah ditanam pada lahan penanaman
yaitu lahan plasma dan lahan HGU, untuk saat ini besar lahan yang telah
digunakan 1.125 ha/bulan yang terdiri dari lahan plasma dan lahan HGU. Sehingga
dengan lahan yang telah tersedia saat ini maka sudah mampu mencukupi
ketersediaan bahan baku akan tetapi perusahaan terus meningkatkan jumlah luas lahan
karena semakin lama perusahaan beroperasi maka akan semakin membutuhkan bahan
baku yang lebih besar lagi sesuai dengan target yang telah ditetapkan
perusahaan yaitu hasil produksi tidak hanya dapat mencukupi kebutuhan diwilayah
konsel dan Sulawesi tenggara akan tetapi harus pada tingkat penjualan produk
diluar Sulawesi tenggara, bahkan sampai pada tingkat ekspor.
Adapun
dalam menunjang ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan maka harus
memperhatikan ketentuan penerimaan ubi kayu yaitu sebagai berikut:
1. Ubi
kondisi kering, yaitu ubi yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan tepung
tapioka harus kering dengan tingkat kadar air lebih rendah dari tingkat kadar
air normal.
2. Ukuran
Ubi diameter 4 cm, yaitu ukuran ini merupakan ukuran ubi kayu yang sudah siap panen
dengan umur 10 sampai dengan 12 bulan.
3. Umur
10-12 bulan, yaitu umur panen ubi kayu.
4. Tidak
lebih dari 24 jam setelah panen harus masuk pabrik, yaitu ubi yang sudah
dipanen tidak disimpan terlalu lama diluar pabrik, yaitu hanya sekitar 24 jam
saja.
5. Bebas
Jamur, artinya ubi yang digunakan sebagai bahan baku harus benar-benar dalam
keadaan baik dan tidak rusak serta bebas dari serangan penyakit dan jamur.
6. Bonggol
tidak ada, yaitu ubi yang masuk dipabrik tidak boleh masih ada batang atau
bogolnya untuk mempermudah proses pengolahan.
7. Bersih
dari tanah, yaitu ubi yang dimasukan dipabrik terlebih dulu tanahnya harus
dibersihkan agar tanah-tanah yang menempel pada ubi tidak ikut masuk dalam
pabrik pengolahan guna menghindari hal-hal yang dapat mengurangi hasil produksi.
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ubi yang digunakan harus benar-benar ubi
yang telah melalui tahap penyeleksian sehingga dapat menghasilkan produk yang benar-benar berkualitas baik. Dan
jika tahap-tahap diatas tidak diperhatikan maka akan dikenakan potongan dalam
hal harga pembelian bahan baku.
3.4. Aspek
Tenaga Kerja
PT. Cipta Agung Manis menjadi perusahaan
pertama yang megimplementasikan full mekanisasi dalam menggarap kawasan
perkebunan skala besar tanaman singkong/ubi. Namun dalam pemberdayaan angkatan
kerja disekitar lokasi yang belum bekerja, ada beberapa kegiatan yang dilakukan
secara manual antara lain, pemupukan, pemberantasan gulma, serta pemanenan.
dengan gaji setiap ubi yang mereka panen/mencabut akan di timbang dalam 1 kg Rp
7.000, mayoritas karyawan yang bekerja
adalah perempuan, mereka merasa terbantu dengan adanya perusahaan ini karena
bisa menambah penghasilan mereka untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga yang semakin kompleks. Penggunaan tenaga
manusia juga digunakan untuk mengolah dan menanami lahan.
Penggunaan
tenaga kerja dari masyarakat sekitar membuktikan keberadaan pertanian pangan
berkelanjutan PT. cam memberikan efek positif bagi masyarakat Konawe Selatan
utamanya yang berada di sekitar perkebunan, karena mampu diberdayakan atau
membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Hingga saat ini jumlah tenaga kerja
Cipta Agung Manis berjumlah kurang lebih 315 orang di luar dari tenaga tetap,
satpam, serta pengawas dan tenaga kerja lainnya.
3.5. Aspek
Produksi Dan Harga Produk
Penggunaan
alat mekanik bukan hanya sampai pada saat proses penggarapan lahan tetapi juga
pada saat pengolahan singkong/ubi yaitu menggunakan alat mekanisasi Pabrik full
Oven/ Full Automatic Proses complete, memperhatikan kapasitas, kualitas &
efisiensi, pengeringan menggunakan oven.
Alat
ini dapat bekerja sendiri, tetapi tetap dengan pengawasan orang tertentu. Alat
ini beroprasi mulai dari pemilihan singkong/ubi, sampai dengan pengeringan atau
oven. Singkong ini di bersihkan dengan mesih dicuci, di parut, di pisahkan
ampasnya, pengeringan. Sampai dengan hasilnya yang berbentuk tepung semua di
kendalikan oleh mesin tetapi dengan pengawasan ketat oleh orang tertentu. Saat
ini pabrik PT. Cipta Agung Manis hanya memiliki satu pabrik penggilingan
ubi/singkong dengan kapasitas produksi 250 ton (1000 ton singkong).
Setelah proses
penggilingan ubi selesai dilakukan pengemasan agar tepung yang dihasilkan tidak
mudah berubah warnanya serta menjadi
kuning atau ber ulat. Pengemasan menentukan identitas produk yang bermutu
sehingga pihak perusahaan menenkankan pada aspek pemasaran yang berkualitas.
Pada proses pengemasan telah usai maka langkah berikutnya adalah dengan
menyimpanan di gudang penyimpanan dengan sistem zero stok dan max stok.
3.6. Biaya Investasi
PT. cam merupakan salah satu investor yang berinvestasi di
derah konawe selatan, pembiayaan yang
dilakukan sudah mencapai ± 1 triliun sehingga optimis konawe selatan bisa
sejahtera dari petani. PT. cam melakukan kerjasama dengan beberapa investor
terkait dengan pengembangan ubi kayu baik inti maupun plasma. sehingga
diharapkan peran dari investor yang ada di konawe selatan bisa memberikan
nuansa kesejahteraan kepada petani.
3.7.
Pemasaran Produk
Indonesia tercatat sebagai salah satu penghasil
singkong terbesar di dunia (±28.8 Juta Ton/Tahun, Berdasarkan data dari BPS dari tahun ke tahun kebutuhan
produksi dalam negeri bisa mencapai 6 juta ton tapioka dalam setahun, sedangkan PT. cam hanya mampu
memproduksi antara 4 juta-4 ½ ton selama setahun. Factor yang yang dominan untuk
keberlangsungan pabrik yaitu bahan baku, budaya atau lingkungan, selama bahan
baku ada, dan lingkungan mendukung semua bisa berjalan.
Di Indonesia masih sangat kurang produksi tapioka, setiap tahun Indonesia mengimpor 50-150 ton tapioka dari luar, yang paling banyak Negara Thailand,
kamboja, dan Vietnam. Prospek bisnis tapioka masih sangat menjanjikan karena didalam negeri masih kurang, kebutuhan nasional yang paling besar yaitu jawa dan jabodetabek
untuk kebutuhan lain seperti industri, paper, Food, dan Sweeteners/Starch derivative.
Hasil produksi
sinkong/ubi di pasarkan ditingkat lokal terlebih dahulu untuk memenuhi
kebutuhan Prov. Sulawesi Tenggara hingga di luar jawa, Untuk produksi
selanjutnya PT. Cipta Agung Manis akan memasarkan hasil produksinya ke manca
Negara seperti korea ketika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi.
3.8. Aspek
Kemitraan Perusahaan
Perusahaan
PT. CAM dikabupaten konawe selatan mempunyai pola kemitraan yang di sebut
sebagai plasma mandiri. perusahaan sebagai mitra, dimana
Perusahaan akan bekerja sama dengan koperasi tani
sebagai mitra perusahaan pada bidang usaha budidaya tanaman ubi kayu, Perusahaan
akan memberikan bimbingan teknis dari pengolahan lahan hingga panen dibidang budidaya tanaman ubi kayu kepada
kelompok petani melalui koperasi yang bermitra dengan perusahaan, Memberikan
pinjaman bibit pada kelompok tani melalui koperasi sebagai penanggung
jawab yang mana akan dipotong pada hasil
panen, Perusahaan akan membeli hasil panen melalui koperasi mitra dengan harga
yang telah disepakati.
Koperasi juga bermitra
dengan perusahaan, koperasi sebagai badan usaha wajib memiliki legalitas dan telah mengukuhkan
pengurus yang terdiri dari ketua, seketaris dan bendahara dan Mengajukan permohonan kepada perusahaan agar dapat menjadi mitra untuk
mengelola budidaya ubi kayu kelompok tani Sebagai mitra perusahaan, koperasi wajib mengelola kebun petani di masing
masing kecamatan.Untuk memenuhi kebutuhan bibit petani, koperasi mengajukan
permohonan pada perusahaan dan
bertanggung jawab terhadap pengangkutan bibit. Selain
itu Koperasi bertanggung jawab mengembalikan dana
pinjaman akibat piutang bibit dan lainnya kepada perusahaan yang diperhitungkan
pada saat panen.
Petani &
Kelompok Tani, peran kelompok tani sebagai anggota
koperasi dan mitra perusahaan harus memiliki lahan sendiri untuk budidaya ubi
kayu, Petani berhak mendapatkan
bimbingan teknis dari koperasi, perusahaan dan instansi terkait untuk
meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan budidaya ubi kayu, Petani yang tidak bergabung sebagai anggota koperasi mitra tidak dapat
menjual hasil panennya kepada perusahaan,Segala bentuk piutang akan diperhitungkan oleh perusahaan melalui koperasi
sebagai penanggung jawab setelah panen.
IV. PERTANIAN KABUPATEN KONAWE SELATAN
4.1 Potensi
Kabupaten Konawe selatan Terutama Sector Pertanian
Konawe selatan dimekarkan pada tahun
2003 dari kabupaten konawe tentu program pembangunan infrastruktur pertanaian
telah dilakukan tetapi permasalah atau tantangan konawe selatan terus meningkat
atau terus mengalami berbagai tantangan tetapi dengan strategi kebijakan
pembangunan daerah khususnya sector pertanian dimana Luas Wilayah 451.420
Ha. Panjang pantai ± 9.368 Km dan jumlah penduduk
sebanyak 289.815
jiwa.
Potensi pengembangan pertanian
tanaman pangan di konawe selatan memiliki lahan sawah fungsional seluas 24.215
HA yang mana terdiri dari lahan irigasi dan non irigasi. Padi menjadi sector
komoditi unggulan di konawe selatan yang merupakan urutan kedua setelah konawe
dengan lahan sawah fungsionalnya. jadi salah satu daerah penyumbang beras di Sulawesi tenggara atau
lumbung pangan disulawesi tenggara adalah konawe selatan. Tentu dengan jumlah
penduduk yang begitu banyak dan peran kelompok yang begitu tinggi sehingga
konawe selatan selalu mendapatkan atau memperoleh surfur beras atau swasembada
atau dalam hal ini tidak pernah kekurangan beras dikonawe selatan.
Padi merupakan komoditi strategi
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat petani khususnya dalam sector
tanaman pangan. selain itu komoditas
unggulan lainnya yaitu kedelai dengan luas lahan 2.439 HA yang tersebar disentra-sentra
produksi misalnya dikecematan lainea, kec. Baito, kec. Sawilatoa, dan kec.
Kolono dengan produktifitas rata-rata 1
ton per hektar, untuk padi bisa memperoleh produktifitas rata-rata 4,8-6 ton
per hektar. Selain komoditi kedelai, komoditi yang lagi terkenal dikonawe selatan
yaitu ubi kayu yang memiliki potensi
lahan seluas ± 10.000 ha yang tersebar didaerah sabulakoa kemudian yang ada di
PT. cam ± 12.650 ha
Komoditi unggulan lainnya yaitu
kacang tanah dengan luas lahan 110 HA,dan komoditi jagung seluas ± 1.464 ha. Dikonawe selatan juga terdapat pengolahan jagung yang pernah
mengirim jagung dari konawe selatan ke
korea selatan pada tahun 2010.
Untuk
komoditi
perkebunan lebih difokuskan pada 3 komoditas yaitu : kakao, jeruk, dan kelapa
dalam. konawe selatan merupakan daerah
Kakao yang terluas, sentra-sentra produksinya diantaranya tersebar di kecematan
benua, basala, buke,tinaggea, dan lalembu, bahkan konawe selata memiliki
industry kakao kalla yang ada di Ranomeeto dan terbesar di Sulawesi tenggara.
Kemudian komoditi jeruk yang terletak di kec. Lalembu dan kec. Basala. Jeruk inilah
salah satu pensupplai kota Surabaya yang menjadi langganan konawe selatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan jeruk. Terkait dengan komoditi kelapa dalam yang
terletak di daerah moramo,kolono, dan lauti, sejak zaman belanda telah tumbuh
kelapa, yang telah berumur ratusan tahun.
Selain itu Konawe selatan juga tidak
terlepas dari pengembangan ternak sapi, sapi bali dengan populasi 62.216 ekor
terbanyak di sulwesi tenggara, bahkan dalam waktu dekat konawe selatan menjadi
sumber bibit sapi di Indonesia. Potensi ternak unggas pun tak terlepas dari
penanganan pemerintah daerah, utamannya babi, ayam buras, dan ayam petelur.
4.2. Kebijakan Pemerintah Daerah
Dalam Mengembangkan Pertanian Konawe selatan
Pembangunan
kawasan perdesaan akan mencakup pembangunan kawasan pertanian Di mana desa, ada petani dan ada kedulatan
pangan. Dalam konteks desa sebagai basis produksi pangan nasional maka
kebijakan-kebijakan pemerintah daerah
adalah salah satunya pembangunan, infrastruktur jalan usaha tani, sumber-sumber
air dalam meningkatkan produksi dan produktiftas hasil pertanian tanaman pangan
khususnya sector padi sawah.
Penyediaan Sarana Produksi (Benih,Pupuk,
Pestisida), yaitu bagaimana menyediakan benih yang unggul dan bersertifikat dan
bagaimana menyediakan pupuk yang tepat waktu, tepat sasaran dan tepat harga,
bagaimana menyediakan pestisida, bagaimana pengendalian hama penyakit sehingga
hasil produksi meningkat.
Dalam hal
Penyediaan alat mesin pertanian dan pasca panen, konawe selatan selalu
mendapatkan kepercayaan dari pemerintah terkait dengan bantuan-bantuan
traktor,translanter, pompa air,dan alat panen. Selain itu pemerintah daerah
juga mengadakan penyediaan alat mesin pertanian menggunakan dana APBD.
Penanganan Harga komoditas dalam hukum pasar bahwa
ketika terjadi over produksi maka harga akan turun, peran pemerintah daerah
mencoba membangun kerjasama dengan pihak bulog dalam rangka pengamanan harga komoditi pangan strategis padi, jagung dan kedelai.
Permodalan juga sangat penting bagi petani untuk membuka lahan pemerintah
daerah memiliki strategi bagaimana membuatkan perbankan ditingkat petani sehingga
petani bias mengambil kredit dalam bunga yang kecil melalui dana kurs.
Pemerintah
daerah konawe selatan dalam berbagai event atau inovasi telah dilakukan salah
satunya adalah kerjasama (mou) pemda konawe
selatan dengan perbankan dalam rangka penerapan modal usaha
(kur) bank bri,
bank mandiri, bni, bahtera mas, bank sultra semua perbankan akan turut serta
dalam mengambil bagian dalam hal permodalan
tersebut sehingga petani tidak ada alasan untuk tidak membuka lahan
karena tidak ada modal.
Selain itu
di konawe selatan juga banyak investor dari pertambangan nikel sehingga ada CSR
yang bisa diberdayakan dalam rangka mebangun infrastruktur sarana dan prasaran ibadah,
pemberdayaan masyarakat. kemudian peran lembaga akademik dan balai pengkajian
teknologi pertanian (BPTP sultra) penelitian, workshop, demplot dan gelar teknologi.
4.3. Makna Desa Maju Konawe Selatan
Hebat
Konawe selatan terdiri dari 25
kecematan, 15 kelurahan, dan 346 desa sehingga akronim pemerintahan mengangkat
desa maju konawe selatan hebat. desa maju konawe selatan hebat yang dimaksud
adalah dimana masyarakat konawe selatan ± 90 persen berada di desa dan sumber
pendapatan utamanya adalah pada sector
pertanian sehingga jajaran dinas pertanian menjadi satu lembaga turun langsung
dalam rangka membangun desa maju konawe selatan hebat. Dengan lahirnya UU Desa Nomor 6 tahun 2014, memberikan landasan
baru bagi terciptanya kedaulatan pangan,
akan terwujud atau mengadopsi
gagasan tentang Otonomi desa. UU Desa memberi kesempatan desa untuk membangun
desanya sendiri sesuai dengan asal usul, tradisional, adat dan budaya.
4.4. Permasalahan Dan Tantangan
Pembangunan Pertananian Konawe Selatan
Tantangan dan hambatan dalam
pembangunan memang selalu muncul bahkan setiap saat bisa datang, mulai dari
keadaan alam. tantangannya kalau salah menentukan jadwal tanam sangat
berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan produktifitas hasil pertanian.
Untuk mengatasi hambatan secara alamiah yaitu perlu diatur jadwal tanam.
Selain itu tantangan yang biasa dihadapi
yaitu kelangkaan pupuk, kelangkaan pupuk yang terjadi merupakan permasalahan
dari jajaran pertanian ketika musim
tanam sudah dilaksanakan bagaimana penyediaan sarana produksinya terutama pupuk
karena apapun hasilnya pupuk sangat menguntungkan peningkatan produksi dan
produktifitasnya.
Terkait dengan kelembagaan kelompok,
petani sekarang sudah menjadi petani modern dimana keadaannya sekarang banyak
juga petani yang selain bertani juga mempunyai pekerjaan sampingan seperti,
tukang ojek, tukang batu, sehingga setiap menanam tidak terfokus pada sector
budidaya dan tantangan pemerintah daerah yaitu mengubah pemikiran petani supaya
terfokus pada sector pengolahan lahannya.
V. KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
PT.CAM
(Cipta Agung Manis) berada diwilayah konsel, Sulawesi Tenggara. mulai dibangun
pada tahun 2014 dan mulai digunakan atau beroperasi pada tahun 2015. PT.CAM
merupakan salah satu perusahaan terbesar yang ada diindonesia yang bergerak
dibidang industri pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. PT.CAM memiliki
luas lahan 4.000 ha yang digunakan sebagai tempat berdirinya pabrik dan lahan
pertanaman ubi kayu. Dengan jumlah karyawan sebanyak 319 orang yang bekerja
dalam perusahaan tersebut. PT.CAM menggunakan modal yang sangat besar dengan
jumlah triliunan rupiah yang berasal dari para investor dan pinjaman modal dari
bank.
Dengan
konsep plasma mandiri, perusahaan mengharapkan koperasi dan kelompok tani
sebagai mitra perusahaan dapat meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan
petani melalui budidaya tanaman ubi kayu. Didukung seluruh masyarakat petani
dan pemerintah, maka perusahaan akan dapat berpartisipasi didalam membangun
kabupaten Konawe Selatan.
PT.CAM,
saat ini baru beroperasi dan baru menghasilkan produk dengan jumlah kapasitas
yang belum terlalu banyak namun PT.CAM terus bertekad untuk menghasilkan produk
dengan jumlah yang lebih besar lagi demi keberlanjutan perusahaan dimasa
mendatang dengan terus berusaha keras dan sungguh-sungguh dalam menjalankan
perusahaan, agar perusahaan dapat memberi manfaat secara berkelanjutan bagi
masyarakat yang ada di konawe selatan dan sekitarnya.
5.2 Saran
Diharapkan
dengan adanya laporan ini dapat memberikan informasi yang lebih luas kepada
pembaca khususnya penulis sendiri mengenai PT.CAM yang ada diwilayah Konsel
yang mengolah ubi kayu menjadi tepung tapioka. Dan semoga dengan adanya laporan
ini dapat menambah pengetahuan khususnya bagi para pembaca dalam memanfaatkan
waktunya untuk terus berusaha dan berjuang untuk mensejahterakan hidupnya
dengan memanfaatkan dan melihat peluang besar yang telah diberikan oleh PT.CAM.