- BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara astronomis, Filipina terletak antara 6°LU – 19°LU dan
116°BT – 126°BT. Berdasar-kan letak geografisnya, negara Filipina ber-batasan
dengan Samudra Pasifik di sebelah Utara dan Timur, berbatasan dengan Laut Cina Selatan di sebelah Barat, dan berbatasan dengan Laut
Sulawesi di sebelah Selatan. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan yang
terdiri atas 7.107 pulau.
Di antara jumlah pulau tersebut terdapat dua pulau yang besar
yaitu Pulau Luzon (sebelah Utara) dan Pulau Mindanau (sebelah Selatan). Berdasarkan
letak lintangnya Filipina mempunyai iklim tropis (panas) yang dipengaruhi oleh
angin monsun. Di Filipina Utara dan Tengah sering terjadi badai tropis (angin
taifun) yang bertiup dari Samudra Pasifik ke arah Laut Cina Selatan. Kondisi
perekonomian Filipina saat ini, mengalami pertumbuhan ekonomi moderat, yang
banyak disumbangkan dari pengiriman uang oleh pekerja-pekerja Filipina di luar
negeri dan sektor teknologi informasi yang sedang
tumbuh pesat.
Filipina merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak gunung api sebagai rangkaian Pegunungan Sirkum Pasifik. Kondisi tanah yang subur sangat menunjang kegiatan agraris yang meliputi bidang pertanian (berupa padi, jagung, dan abaca atau serat manila), bidang perikanan dan kehutanan (hampir separuh wilayah daratannya berupa hutan). Selain itu sungainya yang pendek-pendek dengan aliran yang deras dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Di Filipina terdapat pusat penelitian padi internasional (International Rice Research Institute/IRRI) yang berhasilkan menemukan bibit padi unggul. Maka dari itu, padi adalah hasil pangan utamanya. Tanaman lain yang dihasilkan oleh Filipina adalah pisang dan nanas.
Filipina merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak gunung api sebagai rangkaian Pegunungan Sirkum Pasifik. Kondisi tanah yang subur sangat menunjang kegiatan agraris yang meliputi bidang pertanian (berupa padi, jagung, dan abaca atau serat manila), bidang perikanan dan kehutanan (hampir separuh wilayah daratannya berupa hutan). Selain itu sungainya yang pendek-pendek dengan aliran yang deras dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Di Filipina terdapat pusat penelitian padi internasional (International Rice Research Institute/IRRI) yang berhasilkan menemukan bibit padi unggul. Maka dari itu, padi adalah hasil pangan utamanya. Tanaman lain yang dihasilkan oleh Filipina adalah pisang dan nanas.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah model pertanian di Filipina?
b. Bagaimana Pengaruh Model Pertanian di Filipina terhadap kondisi
sosial ekonomi?
c. Bagaimana perkembangan kemajuan teknologi di Filipina?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah model pertanian di Filipina
. Untuk
mengetahui bagaimana Bagaimana Pengaruh Model Pertanian di
Filipina terhadap kondisi sosial ekonomi
-Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kemajuan teknologi di
Filipina
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pertanian Di Filipina
1.
Metode SALT
Teknik SALT diyakini mampu meminimalkan erosi,
membantu mengembalikan struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan produksi
tanaman, mudah dipraktekkan karena menggunakan alat sederhana, membutuhkan
tenaga yang rendah sehingga cocok untuk petani berlahan sempit, dan tidak
membutuhkan modal besar. Setidaknya, ada 10 langkah untuk menerapkan teknik
menata lahan miring dengan metode SALT, berikut langkah-langkahnya. Metode
Sloping Agriculture Land Technology (SALT) merupakan salah satu teknik
untuk menata lahan miring yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian. Selama ini
pemanfaatan lahan miring dalam bentuk kebun dan sawah berundak diketahui
memiliki resiko erosi dan tanah longsor yang tinggi.
Sehingga banyak petani
enggan memanfaatkan lahan miring untuk tanaman pangan, mereka hanya
memanfaatkannya untuk tanaman keras.
Mindanao
Baptist Rural Life Center (MBRLC) adalah sebuah organisasi non-profit yang
didedikasikan untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan di Filipina. The
MBRLC berupaya untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan untuk kepentingan
Filipina pedesaan, menerapkan teknik pertanian berkelanjutan yang efektif untuk
daerah dataran tinggi Filipina, memberikan pendidikan
dan pelatihan bagi petani Filipina, dan menumbuhkan iman Kristen dalam Allah
yang penuh kasih dan bijaksana. The MBRLC telah berasal sejumlah teknik
pertanian berkelanjutan, termasuk Miring Lahan Pertanian Teknologi (SALT), yang
membahas masalah erosi yang disebabkan oleh deforestasi dengan menggabungkan
konservasi tanah dengan produksi pangan, dan makanan selalu Di Rumah (IMAN)
berkebun, yang menggunakan serangkaian tempat tidur taman dibesarkan di plot 100 meter persegi tanah untuk menyediakan sebuah keluarga
dengan enam dengan sayuran sepanjang tahun. Di situs demonstrasi sembilan belas hektar di Davao del Sur, yang MBRLC memberikan
pelatihan pengembangan masyarakat, pertanian berkelanjutan, kesehatan pedesaan,
dan nilai-nilai Kristen. Center Baptis luar Program Pelatihan Sekolah (BOOST) Dari bertujuan untuk menyediakan orang-orang muda yang
tinggal di daerah pedesaan dengan nilai-nilai dan keterampilan yang diperlukan
untuk memimpin kehidupan yang produktif dan memuaskan. Peserta BOOST tinggal di
Pusat dan menerima pelatihan dalam teknik pertanian berkelanjutan, kesehatan,
pengembangan masyarakat, Study Bible, dan kehidupan Kristen. Saat ini, lebih
dari 120 anggota staf MBRLC bekerja di lokasi demonstrasi dan di desa-desa
setempat. Pusat menerima sekitar 20.000 pengunjung, termasuk 2.000 peserta, per
tahun. Selain beberapa proyek satelit di seluruh Mindanao, MBRLC telah menjalin
hubungan dengan organisasi internasional lain yang bekerja pada proyek-proyek
pembangunan berkelanjutan di seluruh Asia.
2.
Metode SRI
Budidaya
padi organic metode SRI megutamakan potensi local dan disebut pertanian ramah
lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan
kesehatan pengguna produknya. Pertanian organic pada prinsipnya
menitikberatkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan
sebagian biomassa ke dalam tanah dan konservasi air serta mampu memberikan
hasil yang lebih tinggi dibandiingkan dengan metode konvensional.
3.
Inovasi Metode SRI
SRI
adalah teknik budidaya padi yang mamupu meningkatkan produktifitas padi dengan
cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsure hara, terbukti telah
berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50%, bahkan dibeberapa tempat
mencapai lebih dari 100%.
Metode ini pertama kali
ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983-1984 oleh Fr.
Henri de Laulianie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal
Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana.
Oleh penemunya, metodologi ni selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan
le System de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris
popular dengan nama System of Rice Intensification, disingkat SRI.
Tahun
1990 dibentuk Assosiation Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy memperkenalkan
SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International
Institution for Food, Agruculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja
sama denga Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National
Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for Internatioanl
Development, SRI telah diuji Cina, India, Indonesia,
Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif. SRI menjadi
terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director CIIFAD).
Pada tahun 1987, Uphoff mengadakan persentase SRI di Indonesia yang
merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar Madagaskar. Hasil Metode
SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang
produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan
SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10
-15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha.
Metode
SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa
dipakai petani. SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat
dibandingkan dengan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja
diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk
bereksperimen. Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup
sebagaimana mestinya, bukan diperlukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi.
Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan
kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.
Prinsip-prinsip Budidaya padi Organik
Metode SRI
Prinsip-prinsip Budidaya padi Organik
Metode SRI, yakni :
Tanaman bibit muda berusia
kurang dari 12 hari setelah semai (bus) ketika bibit masih berdaun 2 helai
Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih
jarang. Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus
hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal
Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan
Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan
sampai pecah (Irigasi
berselang/terputus)
Penyiangan
sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval
10 hari Sedapat mungkin menggunakan pupuk 0rganik (kompos atau pupuk hijau)
Manfaat
Sistem SRI
Secara umum
manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut :
Hemat air (tidak digenang), Kebutuhan air hanya 20 – 30% dari kebutuhan air untuk cara konvensional Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri. Tidak tergantung pada pupuk dan pestisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka Membuka lapangan kerja di pedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani Menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia Mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang.
Hemat air (tidak digenang), Kebutuhan air hanya 20 – 30% dari kebutuhan air untuk cara konvensional Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri. Tidak tergantung pada pupuk dan pestisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka Membuka lapangan kerja di pedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani Menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia Mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang.
B. Pengaruh Model Pertanian di Filipina terhadap kondisi sosial
ekonomi
Produk utama pertanian di Filiphina adalah
beras, yang digunakan untuk konsumsi lokal tidak untuk di ekspor. Jumlah beras
yang dihasilkan sekitar setengah dari hasil pertanian domestik. Seperempatnya
berasal dari jagung.
Maka
produk-produk ekspor pertanian lainnya yaitu kelapa dan gula hanyalah
seperempat dari total seluruh panen. Dalam bidang impor, satu-satunya
pengeluaran negara terbesar adalah untuk minyak bumi dengan perhitungan hampir
sepertiganya. Dilihat dari latar belakang sejarah Filiphina, pada masa kolonial
Spanyol di Filiphina, Spanyol tidak dapat menjadikan Filiphina sebagai
penghasil rempah-rempah, karena kondisi alam Filiphina sendiri bukan penghasil
rempah-rempah, tetapi pada masa penjajahan Spanyol di Filiphina hanya menjadi
pusat transit perdagangan Asia dan Eropa. Pada masa kepemimpinan presiden kedua
Filiphina, negara ini mulai meningkatkan produksi pertanian berupa bahan pangan
beras, dimana Presiden Elpidio Quirino membentuk Bank Perkreditan bagi
pertanian dan membantu para petani dalam memasarkan hasi panennya. Ini menjadi
awal perkembangan produksi bahan pangan di Filiphina, yang selanjutnya semakin
berkembang setelah Filiphina tergabung dalam ASEAN dan Filiphina menjadi negara
penghasil dan pusat penelitian pengembangan padi untuk produksi bahan pangan
bagi negara-negara di ASEAN.
Tetapi total hutang luar negeri Filiphina sekitar 27 triliun dolar, dengan rata-rata hutang perkapita sebesar 500 dolar, jumlah ini sama dengan pendapatan nasional (GNP) setiap orang dalam satu tahun. Ini masih belum memberikan surplus bagi pembangunan di Filiphina, karena belum ada jaminan bagi warga negara untuk mendapatkan kesejahteraan dari pendapatan yang dihasilkan setiap warga negara Filiphina. Oleh karena itu, sampai saat ini program pembangunan di Filiphina masih dalam kategori masa perkembangan dan masuk sebagai negara berkembang sebab pendapatan nasional setiap warga negara Filiphina per tahun masih hanya menutupi total hutang luar negeri Filiphina.
Tetapi total hutang luar negeri Filiphina sekitar 27 triliun dolar, dengan rata-rata hutang perkapita sebesar 500 dolar, jumlah ini sama dengan pendapatan nasional (GNP) setiap orang dalam satu tahun. Ini masih belum memberikan surplus bagi pembangunan di Filiphina, karena belum ada jaminan bagi warga negara untuk mendapatkan kesejahteraan dari pendapatan yang dihasilkan setiap warga negara Filiphina. Oleh karena itu, sampai saat ini program pembangunan di Filiphina masih dalam kategori masa perkembangan dan masuk sebagai negara berkembang sebab pendapatan nasional setiap warga negara Filiphina per tahun masih hanya menutupi total hutang luar negeri Filiphina.
C. Perkembangan Kemajuan Teknologi Di Filipina
Filipina memiliki kuantitas dan kualitas tenaga
peneliti ilmiah yang berkecimpung di berbagai disiplin ilmu, terutama di bidang
manajemen dan agribisnis. Beberapa lembaga penelitian dan riset diantaranya
DOST (Department of Science and Technology) yaitu Pusat Riset dan Pengembangan
Teknologi (The National Science Development Board/NSDB) yang membawahi unsur‑unsur
swasta dan beberapa instansi lainnya yang membantu pekerjaan pemerintah. selain
mengadakan penelitian dan pengembangan juga melakukan pengembangan terhadap
tenaga kerja dan teknologi serta pendidikan dengan menitik beratkan pada
sumber ilmu pengetahuan dan sumber daya alam yang erat kaitannya dengan bidang
ekonomi maupun sosial budaya. Filipina mempunyai sumber daya alam yang cukup
potensial yaitu perak, nikel, emas, chrome, bijih besi, batu bara, serta bijih
air raksa dan termasuk peringkat 10 besar pengekspor tambang di dunia.
Saat ini Filipina telah melakukan pengembangan teknologi berupa :
a.
Bidang Pertanian.
Filipina dewasa ini berhasil mengembangkan
teknologi bidang pertanian yang mengkombinasikan teknologi dan ilmu
pengetahuan secara berimbang, khususnya di bidang varietas padi unggul, Manfaat
risetnya dibidang pertanian telah merubah Filipina sebagai negara yang pernah
swasembada beras.
b.
Bidang Peternakan.
Filipina sedang
membudidayakan peternakan udang yang merupakan proyek pengembangan perikanan
pantai ukuran kecil FAO (Food Agricultural Organization) yang dibiayai
PBB (United National Development Program /UNDP) yang berpusat di Manila.
c.
Bidang Energi.
Energi geothermal merupakan
potensi besar bagi negara Filipina, hal tersebut telah dibuktikan oleh NSDB
anak cabang dari COMVOL 'The Commision On Vulcanology' yang telah
mengadakan survey geologi geothermal di Makiling, Tiwi, Laguna, Tongonan Bureau
dan Leyte dan telah dimanfaatkan pemerintah dengan kapasitas 446 MW, yang
menempatkan Philipina menjadi negara nomor dua di dunia dalam penggunaan tenaga
listrik geothermal.
d. Bidang Industri.
Penelitian dan pengembangan
kegiatan dibidang industri di titik beratkan pada pembangunan dan pertumbuhan
industri rumah, industri kecil dan menengah.
e. Bidang
Kesehatan.
Dalam upaya meningkatkan
kesehatan penduduk pemerintah telah mengembangkan usaha‑usaha penyelidikan di
bidang perbaikan gizi dan penyebab‑penyebab utama penyakit. Dari survey yang
telah dilakukan, ditemukan bahwa penyebab utama penyakit di Filipina adalah
akibat dari banyaknya industri yang tidak memiliki instalasi pengolahan
limbahnya.
f. Bidang
tenaga kerja manusia.
Filipina mempunyai
penduduk sekitar 86.5 juta orang, dengan susunan penduduk sekarang adalah 41%
golongan anak‑anak, 56% orang dewasa dan 3% orang tua. Dan
upaya pemerintah yaitu menunjuk para ahli baik dari Instansi pemerintah maupun
swasta untuk kepentingan riset dan teknologi dengan pemberian tunjangan, honor
dan insentif serta dibebaskan dari ketentuan‑ketentuan pemerintah mengenai
pembatasan pembelian alat‑alat riset serta diijinkan mengikuti pertemuan‑pertemuan
ilmiah di luar negeri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filipina memiliki kondisi geografis
yang hampir sama dengan Indonesia, sebagai negara kepulauan, beriklim tropis,
dan memiliki rangkaian pegunungan. Secara umum, model pertanian di Filipina
adalah dengan menggunakan metode SRI dan SALT.
Pemerintah Filipina telah memilih program‑program
penelitian yang langsung dapat diterapkan di lapangan, biayanya murah dan
sasaran atau hasil teknologi diarahkan ke peningkatan hasil‑hasil produksi
pertanian dengan manfaat dapat meningkatkan kesejahteraan petani yang merupakan
pekerjaan dan mata pencarian utama masyarakat Fhilipina.
0 komentar:
Posting Komentar