PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyuluhan berasal dari kata suluh, berarti sesuatu yang dinyalakan,
seperti lilin, obor yang sifatnya menerangi. Pada hakekatnya menerangi adalah
sebuah usaha untuk mengubah sesuatu yang gelap menjadi terang. Usaha mengubah
gelap menjadi terang, ketika dianalogikan dengan penyuluhan adalah usaha
merubah perilaku individu atau kelompok masyarakat dari ‘kegelapan’
pengetahuan, menjadi pemahaman bagaimana melakukan partisipasi aktif dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Usaha mengubah perilaku individu atau masyarakat luas dalam penyuluhan
dilakukan dengan pola-pola komunikasi tertentu yang sifatnya mempengaruhi / influence,
pola komunikasi demikian dikaterogikan dalam komunikasi persuasif. Komunikasi
persuasif pada hakekatnya mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain
melalui kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal. Menurut ahli
komunikasi K.Anderson, komunikasi persuasif didefinisikan sebagai perilaku
komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku.
Pada saat kita memberikan penyuluhan, kita tidak hanya harus dapat
berkomunikasi dengan baik saja, tetapi kita juga harus mempunyai perencanaan
program penyuluhan agar penyuluhan yang ingin kita sampaikan sesuai dengan
kebutuhan khalayak. Salah satu faktor keberhasilan dalam memberikan penyuluhan
adalah dengan adanya proses atau tahapan-tahapan perencanaan program penyuluhan
yang sesuai dengan kebutuhan khalayak. Oleh karena itu, sebagai seorang
penyuluh sangat dibutuhkan membuat tahapan-tahapan atau proses penyuluhan
sebelum terjun langsung ke lapangan.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum yaitu:
a. Menganalisis
karakteristik dan kondisi sosial masyarakat secara umum.
b. Menggali informasi
sebanyak-banyaknya baik kelebihan maupun kekurangan mengenai teknik-teknik
penyusunan perencanaan mengenai program penyuluhan.
c. Mengklasifikasikan
model proses perumusan perencanaan program penyuluhan yang digunakan.
1.3 Manfaat
Manfaat Praktikum yaitu:
a. Untuk mengetahui
karakteristik dan kondisi sosial masyarakat secara umum.
b. Untuk mengetahui
informasi yang sebanyak-banyaknya baik kelebihan maupun kekurangan mengenai
teknik-teknik penyusunan perencanaan mengenai program penyuluhan
c. Untuk mengetahui
model proses perumusan perencanaan program penyuluhan yang digunakan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Definisi Penyuluhan Secara Umum
Pengertian penyuluhan dalam arti
umum adalah ilmu social yang mempelajari system dan proses perubahan pada
individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai
dengan yang diharapkan (Setiana. L. 2005). Penyuluhan dapat dipandang sebagai
suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya A.W. van den Ban dkk.
(1999) dituliskan bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk
melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya
memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
2.2. Definisi Penyuluhan Berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian , Perikanan dan Kehutanan ( SP3K)
Penyuluhan
adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan
hidup.
2.3. Definisi Penyuluhan menurut Ibrahim, et.al, 2003:1-2
Penyuluhan
berasal dari kata “suluh” yang berarti “obor” atau “pelita” atau “yang memberi
terang”. Dengan penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu.
Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu
menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan
meningkat, bila terjadi perubahandari yang tidak mau menjadi mau memanfaatkan
kesempatan-kesempatan yang diciptakan. (Source: Ibrahim, et.al, 2003:1-2).
BAB III
METODE PRAKTIK
3.1 Waktu dan Pelaksanaan Praktik
Waktu pelaksanaan praktek Manajemen
Penyuluhan Pembangunan Pertanian yaitu
pada tanggal 04 Oktober 2016, dimulai
dari pukul 09.00 sampai selesai di DesaAlebo, Kecamatan Konda, ,Kabupaten Konawe
Selatan.
3.2 Teknik Penentuan Responden
Teknik penentuan Responden yang dilakukan adalah dengan
cara memilih responden yang bertempat tinggal di Desa Alebo, juga yang
menjadi binaan seorang penyuluh atau BP3K di Kec. Konda.
3.3 Variabel Yang Diamati
Adapun
yang menjadi sasaran kegiatan dari
praktikum ini yaitu Sasaran darikegiatan
penyuluhan yang dilakukan oleh seorang penyuluh sampai sekarang
yaitu sasaran kegiatan pemberdayaan GAPOKTAN, yakni masyarakat sekitar DesaAlebo, dalam hal ini petani.
Kegiatan
yang dilakukan yaitu membina kelompok-kelompok tani guna untuk
memfasilitasi dari kebutuhan masing-masing dari kelompok tani tersebut.
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan tidak lain adalah guna untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat disekitar dan juga menambah kualitas hidup menuju yang lebih baik lagi.Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya pengadaan bibit
dan pengadaan pupuk organik. Akan tetapi kegiatan pengadaan bibit dan pengadaan
pupuk organik tidak terlakasana dengan baik selain itu pengadaan kedua program
tersebut tidak lagi berjalan sampai sekarang .Di desa Alebo lebih di dominasi
oleh lahan kering sehingga petani lebih banyak untuk menanam tanaman
perkebunan, jagung, kacang tanah dan tanaman holtikultura diwaktu musim
penghujan.
Program yang di jalankan oleh
penyuluh di Desa Alebo sesuai dengan
program nasional yang memiliki 9 (sembilan) indikator. Dari kesembilan
indikator tersebut ada beberapa indikator yang di laksanakan yaitu:Penyuluhan untuk mensejahterahkan masyarakat, Meningkatkan pendapatan, Perkembangan atau peningkatan kualitas hidup masyarakat
petani.Selain program nasional ada pula program yang rutin di
laksanakan guna menyadarkan atau mengajak masyrakat untuk bertani. Untuk
seminggu sekali penyuluh rutin mengadakan pertemuan antara berbagai kelompok
tani dalam mengontrol masyarakat petani dengan progaram penyuluh yang sesuai
dengan kegiatan petani.Penyuluh tidak semata-mata melaksanakan program begitu
saja tetapi ada kerja sama oleh pemerintah provinsi ataupun pemerintah
setempat. Di Desa Alebo ada 1 penyuluh, yakni penyuluh praktek lapangan, dan
terdiri dari 7 kelompok tani.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data,
penelitian ini menggunakan metode:
- Metode
wawancara, yaitu pengumpulan data melalui wawancara langsung dengan
para informan yang terdiri dari masyarakat tani itu sendiri dankepalaDesa
Alebo Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan.
- Metode kuisioner, yaitu
pengumpulan data melaluimemberikan pertanyaan langsung kepada informan
yang terdiri dari masyarakat petani itu sendiri dan kepala Desa Alebo Kecamatan Konda Kabupaten
Konawe Selatan.
3.5 Analisis Data
Dari hasil data yang kami perolehdianalisisbahwa di Desa Alebo hanya terdapat 1 (satu) orang penyuluh
saja,kegiatan penyuluhan di DesaAlebo initidak terlalu sulit, karena mayarakat petani sudah memiliki
pemahaman dalam hal bertani. Di Desa
Alebo terdapat banyak lokasi lahan penanaman palawija, lahan perkebunan dan
tanaman holtikultura diwaktu penghujan, jadi penyuluh di Desa Alebo hanya
memberikan sedikit arahan atau petunjuk tentang pertanian, misalnya pada saat
turun di lapangan hanya mengawasi atau mengontrol kegiatan tersebut. Namun yang
menjadi kendala atau masalah yang dirasakan petani yaitu tidak adanya subsidi
bibit dan pupuk serta masalah pengairan lahan perkebunan diwaktu musim kemarau.
Masyarakat petani mengadakan bibit dan pupuk dengan membeli di pasar-pasar
terdekat itu pun belum menjamin mutu dan kualitasnya. padahal yang menjadi
program sasaran dari penyuluh yaitu progaram GAPOKTAN , program pemberdayaan
masyrakat petani, program pengadaan bibit dan pengadaan pupuk organik. Sasaran darikegiatan penyuluhan yang dilakukanolehseorang penyuluhyaitu masyarakat sekitarDesaAlebo itu sendiri, dalam hal ini petani.
Kegiatan
yang dilakukan yaitu membina kelompok-kelompok tani guna untuk
memfasilitasi dari kebutuhan masing-masing dari kelompok tani tersebut.
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan tidak lain adalah guna untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di sekitar dan juga menambah kualitas hidup menuju yang lebih baik lagi.Program yang di jalankan oleh penyuluh di Desa Alebo
sesuai dengan program nasional yang memiliki 9 (sembilan) indikator. Dari
kesembilan indikator tersebut ada beberapa indikator yang di laksanakan
yaitu:Penyuluh untuk mensejahterahkan masyarakat, Meningkatkan pendapatan, Perkembangan atau peningkatan kualitas hidup masyarakat
petani.
Sedangkan untuk metode penyuluhan yang
digunakan adalah menggunakan metode PPL.
Menurut kami metodesangat tepatdigunakankarenadengan adanya metode tersebut masyarakat petani bisa langsung
turun langsung lapangan dengan adanya binaan dari seorang penyuluh ataupun PPL.
Namun program yang dilaksanakan tidak sesuai dengan apa yang
direncanakan.Penyuluh tidak semata-mata melaksanakan program begitu saja tetapi
ada kerja sama oleh pemerintah provinsi ataupun pemerintah setempat. Di Desa
Alebo ada 1 penyuluh, yakni penyuluh praktek lapangan, dan terdiri dari 7
kelompok tani.
Menurut
keterangan dari masyarakat yang ada di Desa Alebo Kec. Konda, bahwa metode
penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan metode pendekatan secara
individual. Beliau bertutur bahwa dengan cara face to face penyuluh dapat
bertatap muka secara langsung dengan para petani dan juga dapat menjalin
silaturrahim guna dapat mengambil hati para petani juga. Beliau juga mengatakan
bahwa jika menggunakan pendekatan dengan
metode kelompok dan massal kurang efektif karena yang menjadi persoalan
adalah waktu. Karena para petani sibuk akan pekerjaannya masing-masing sehingga
petani harus berpikir dua kali untuk mempertimbangkan apakah akan mengikuti
atau tidak
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktik
4.1.1 Gambaran Umum Desa Alebo
Ø Topografi
Letak
dan batas wilayah
Luas Desa Alebo 328 ha Desa Alebo
berada 5 km dari ibu kota Kecamatan Konda.
Batas
wilayah
-
Sebelah utara berbatasan dengan desa Moronge
-
Sebelah selatan dan barat berbatasan dengan hutan lindung
-
Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Konda
Ø Keadaan Agroklimat
Keadaan
tanah/iklim
Keadaan iklim di wilayah desa Alebo
memiliki dua musim yaitu musim penghujan yakni bulan januari sampai dengan juni
dan musim kemarau pada bulan juli sampai desember dengan suhu 24-30 c. Keadan
curah hujan tidak merata antara desa yang satu dengan desa yang lainnya, hal
ini menimbulkan daerah basa dan daerah kering.
Ø Keadaan wilayah
Sumber daya alam pada desa ini sangant
potensial untuk mengembangkan komoditas sektor pertanian dalam arti luas,
kebun, dan ternak.
4.1.2 Karakteristik Responden
1.
Nama responden yang
kami wawancarai adalah Bapak Fadli yang berusia 55 tahun dan mempunyai istri
yang bernama Muslihati yang berusia 45 tahun, beliau memiliki 2 orang anak.
sejak 30 tahun yang lalu beliau sudah
memulai bertani, selain bertani beliau
juga memiki hewan ternak berupa sapi, disela waktu kosongnya pak fadli biasanya
mencari rumput untuk hewan ternaknya di sekitar ranomeeto bahkan sampai ke
wolasi. Tanaman yaang di budidayakan pak fadli yaitu tanaman jagung, hasil
panen yang biasa di dapatkan dalam ¼ ha bisa mencapai 4 juta sekali panen untuk
komoditi jagung yang di jual ke tengkulak. Kendala yang biasa bapak fadli
rasakan yaitu kurangnya pengairan pada saat musim kemarau.
2.
Nama responden kami
yang kami wawancarai adalah bapak eman merupakan bapak dari 3 anak yang
memeliki istri yang bernama sumalini. Keluarga mereka adalah penduduk
transmigrasi dari jawa, beliau telah menetap di desa alebo sejak tahun 70-an ,
pekerjaan utama beliau yaitu sebagai petani padi sawah. Dari penghasilannya
sebagai petani padi sawah beliau harus menghidupi ketiga buah hatinya yang
sebagian masih bersekolah. Walaupun bapak eman hanya lulusan smp, pak eman
tetap mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya. Anak pertama pak eman berumur 23 tahun dan
telah menyelesaikan studinya di kampus avicena , anak kedua beliau masih duduk di bangku smp, dan anak
terakhir masih duduk di bangku sd.
3.
Nama responden kami
selanjutnya yaitu bapak amir, yang bersuku muna, beliau berumur 47 tahun dan
memiliki istri yang bernama nurmiati yang berusia 40 tahun dan pendidikan
terakhir yaitu sma. pekerjaan utama beliau adalah petani sawah yang memiliki
lahan sawah 2 ha. beliau memulai bertani sejak tahun 90-an. Dan memiliki 3 buah
hati, dan dari hasil bertani itulah beliau menghidupi anggota keluarganya.
Selain itu beliau juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai tukang batu.
4.
Nama responden kami
yaitu bapak ibrahim, berusia 50 tahun yang memiliki istri yang bernama
yusnarsih yang berusia 47 tahun yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga , dan
bapak Ibrahim sebagai petani padi sawah , yang telah bertani sekitar 30 tahun.
Pendidikan terakhir beliau adalah sma.
Dalam rumah tanggannya beliau di karuniai 2 buah hati yang keduanya
masih duduk di bangku sma.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik
dan kondisi sosial masyarakat secara umum
Kondisi sosial Secara umum,
dalam kehidupan masyarakat di Desa alebo adalah :
1. Sistem kehidupan
yang ada pada umumnya berkelompok dan dasar kekeluargaan,Masyarakat bersifat homogen
(seragam), sepertidalam hal mata pencaharian, agama, tata pengaturan sosial,
dan adat istiadat. Hubungan antar warga desa terjalin lebih
mendalam dan erat bila di bandingkan dengan hubungan mereka dengan masyarakat lainnya
diluar batas wilayah desanya. Mata pencaharian utama penduduk umumnya
adalah bertani.. Kehidupan di
desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya semua anggota
keluarga turut bersama terlibat dalam kegiatan mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan
ekonomi rumah tangga.Kontrol social ditentukan oleh nilai moral dan hukum yang ada, Penduduk desa kebanyakan berpendidikan rendah.
4.2.2 Teknik-teknik penyusunan perencanaan program penyuluhan
Berdasarkan Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian , Perikanan dan
Kehutanan ( SP3K ) pada Bab VII Pasal 23 menyebutkan bahwa Perencanaan Program
Penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali pencapaian
tujuan penyelenggaraan penyuluhan . Perencanaan Program Penyuluhan terdiri atas
program penyuluhan desa/kelurahan atau unit kerja lapangan, program penyuluhan kecamatan, program penyuluhan
kabupaten/kota, program penyuluhan provinsi, dan program penyuluhan nasional,
yang disusun dengan memperhatikan keterpaduan, dan kesinergian program pada
setiap tingkatan sebagaimana tersebut diatas. Sedangkan keterpaduan dimaksudkan
bahwa perencanaan program penyuluhan pertanian disusun dengan memperhatikan
program penyuluhan tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi
dan tingkat nasional, kalau kesinergian dimaksudkan bahwa perencanaan program
penyuluhan pertanian pada tiap tingkatan mempunyai hubungan yang bersifat
saling mendukung, sehingga semua program penyuluhan pertanian selaras dan tidak
bertentangan antara program penyuluhan pertanian dalam berbagai
tingkatan.Program penyuluhan disusun setiap tahun yang memuat rencana
penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran masing-masing
tingkatan yang mencakup pengorganisasian dan pengelolaan sumber daya sebagai
dasar pelaksanaan penyuluhan yang dalam implementasinya harus terukur,
realistis, bermanfaat, dan dapat dilaksanakan serta dilakukan secara
partisipatif, terpadu, transparan, demokratis dan bertanggunggugat.
Keputusan
yang diambil pada perencanaan program harus mengandung
pengetahuan yang tepat di masa yang akan datang. Hal
inilah yang membedakan
perencanaan dengan peramalan. Perencanaan harus dapat
mengukur hasil-hasil
yang dicapai berdasarkan pengetahuan yang tepat tentang
kondisi masyarakat.
Oleh karenanya beberapa pokok pikiran yang perlu
diperhatikan dalam
perencanaan program
penyuluhan:
1. Merupakan
suatu proses yang berkelanjutan. Rangkaian pengambilan keputusandalam
perencanaan program tidak pernah berhenti sampai tercapainya tujuan(kebutuhan,
keinginan, minat) yang dikehendaki.
2. Proses
pengambilan keputusan tersebut berdasarkan fakta dan sumber daya yang ada.
3.
Dirumuskan secara
bersama oleh penyuluh dengan masyarakat sasarannya,
dengan didukung
oleh para spesialis, praktisi dan penentu kebijaksanaan.
4. Meliputi perumusan tentang: keadaan, masalah, tujuan, dan
cara pencapaian tujuan, yang dinyatakan secara tertulis.
5. Harus
mencerminkan perubahan ke arah kemajuan
Namun dalam implementasinya selama
ini masih menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan programa
penyuluhan pertanian, yang antara lain sebagai berikut:
1. Belum
terlasananya perencanaan programa penyuluhan pertanian di desa Alebo.
2. Program
penyuluhan pertanian kurang mendapat dukungan dari dinas/instansi Terkait.
3. Penyusunan
program penyuluhan pertanian masih didominasi oleh penyuluh/petugas (kurang partisipatif)
4. Penyusunan
program penyuluhan belum sepenuhnya mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian
nomor :25/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Penyusunan Program Penyuluhan Pertanian.
Di lain pihak dengan berlakunya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, maka melalui penyusunan program penyuluhan pertanian diharapkan dapat menghasilkan kegiatan penyuluhan pertanian spesifik lokalita yang strategis dan mempunyai daya ungkit yang tinggi terhadap peningkatan produktivitas komoditas unggulan daerah dan pendapatan petani sehingga tercapai apa yang kita inginkan bersama yaitu meningkatnya kesejahteraan petani
Di lain pihak dengan berlakunya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, maka melalui penyusunan program penyuluhan pertanian diharapkan dapat menghasilkan kegiatan penyuluhan pertanian spesifik lokalita yang strategis dan mempunyai daya ungkit yang tinggi terhadap peningkatan produktivitas komoditas unggulan daerah dan pendapatan petani sehingga tercapai apa yang kita inginkan bersama yaitu meningkatnya kesejahteraan petani
4.2.3 Model
proses perumusan perencanaan program penyuluhan
Ada beberapa
model proses penyusunan program penyuluhan yang digunakan, yaitu :
1.
Model Proses Penyusunan Program Penyuluhan
berupa model instruksional yang memuat komponen-komponen situasi, masalah,
tujuan, dan cara untuk mencapai tujuan (S-M-T-C).Secara rinci model proses
penyusunan program penyuluhan ini menggambarkan kegiatan penyuluhan, yaitu
perumusan keadaan dan masalahnya, pemecahan masalah dan tujuan, perencanaan
pendidikan, Evaluasi dan rekomendasi.
Mengutip
dari model pross penyusunan program penyuluhan, lima langkah dalam proses
perencanaan program penyuluhan itu dapat diuraikan sebagai berikut:
a)
Perumusan keadaan dan masalahnya.
Pada
tahap ini dilakukan analisis terhadap situasi. Untuk itu diperlukan fakta-fakta
yang menyangkut seluruh aspek dari situasi dalam jumlah yang besar. lnformasi
yang diperlukan adalah berkaitan dengan sasaran penyuluhan seperti minat,
pendidikan, kebutuhan, adat-istiadat, kebiasaan dan tradisinya. Kemudian
diperlukan pula fakta mengenai situasi fisik seperti keadaan tanah, tipe
usahatani, pemasaran, skala usahatani, pola tanah, kondisi rumah, pelayanan
masyarakat, dan saluran komunikasi.
b)
Pemecahan masalah dan tujuan.
Pada
tahap kedua ini, pemecahan masalah dan perumusan tujuan ditetapkan. Untuk
kepentingan psikologis sasaran penyuluhan itu harus dilibatkan dalam penetapan
tujuan dan sasaran penyuluhan. Sasaran dalam perencanaan penyuluhan paling
tidak harus mengkondisikan perubahan perilaku orang sebagaimana keluaran sosial
maupun ekonoini yang diinginkan.
c)
Perencanaan pendidikan.
Pada
tahap yang ketiga ini merupakan tahap mengajar yang meliputi, Mated yang perlu
diajarkan dan cara yang harus dilakukan untuk mengajar.
d)
Evaluasi.
Tahap
keempat ini adalah mengevaluasi tindakan mengajar tersebut. Hal ini juga akan
menjadi ujian mengenai cara yang secara akurat dan jelas tujuan dipilih dan
dikondisikan. Perencanaan untuk evaluasi perlu dibangun menjadi perencanaan
kerja selama tahap-tahap sebelumnya. Perbedaan dibuat antara prestasi yang
hanya dicatat saja dan perbandingan hasil dengan tujuan asli. Proses evaluasi
dapat dilakukan secara sederhana dan informal atau dapat pula secara formal dan
kompleks.
e)
Rekonsiderasi.
Tahap
kelima adalah mempertimbangkan perencanaan penyuluhan setelah evaluasi
dilakukan. Tahap ini memuat suatu tinjauan upaya-upaya yang dilakukan
sebelumnya dan hasil-hasil yang menampakkan situasi baru. Apabila situasi baru
menunjukkan kebutuhan akan kegiatan lebih lanjut, selanjutnya proses
keseluruhan akan dimulai lagi dengan tujuan baru maupun tujuan yang
dimodifikasi, maka proses tersebut akan bersambung.
2.
Model Proses Penyusunan Program
Penyuluhan berdasarkan kegiatan penyuluhan sebagai suatu siklus yang terdiri
atas tujuh tahapan, yaitu (1) analisis situasi, (2) organisasi perencanaan, (3)
proses perencanaan program, (4) program yang telah direncanakan, (5) rencana
kerja, (6) pelaksanaan rencana kerja, dan (7) evaluasi.
3.
Model Proses Penyusunan Program
Penyuluhan berdasarkan atas kenyataan yang terjadi di lapangan. Terdiri atas
sembilan tahapan, yaitu (1) survai, (2) analisis situasi, (3) identifikasi
masalah, (4) penetapan aUfirnatif pemecahan masalah, (5) penentuan tujuan dan
ruang lingkup peTmasalahan, (6) penyusunan rencana kerja, (7) pelaksanaan
rencana kerja, (8) evaluasi, dan (9) rekonsiderasi.
4.
Model Proses Penyusunan Program
Penyuluhan beerdasarkan tahapan kegiatan yang berupa suatu siklus. Lima tahapan
ini adalah (1) 'dentifikasi masalah, (2) penentuan tujuan, (3) pe-ngembangan
rencana kerja, (4) penetapan rencana kerja, dan (5) penentuan kemajuan.
5.
Model Proses Penyusunan Program
Penyuluhan berdasarkan area kegiatan
Model
ini dibedakan ke dalam dua area kegiatan, yaitu area perencanaan program, yang
terdiri atas empat tahap kegiatan, yakni (1) pengumpulan fakta, (2) analisis
situasi, (3) identifikasi masalah, dan (4) penetapan tujuan. Dalam pada itu
area pelaksanaan program, meliputi (5) penyusunan rencana kerja, (6)
pelaksanaan rencana kerja, dan (7) .penentuan kemajuan. Kegiatan (8)
rekonsiderasi merupakan tahap antara yang menghubungkan area kegiatan
perencanaan dan area kegiatan pelaksanaan program.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Potensi pertanian di
desa alebo yang cukup besar dapat berkembang apabila di tunjang dengan program
dan metode penyuluhan yang tepat dan sesuai bagi kebutuhan masyarakat, dan
masalah-masalah yang di hadapi harus di carikan jalan kelurnya.
Saran
Saran
kepada pemerintah agar permasalahan seperti distribusi pupuk yang tidak ada,
bendungan yang belum permanen, dan penyedian varietas benih unggul segera di
carikan solusi sehingga produktitas juga jadi maksimal.
Kami sangat membutuhkan Saran dan Kritik dari teman-teman dalam
hal kesempurnaan laporan ini yang dapat bermanfaat bagi kita semua dimasa
sekarang dan akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Rejeki,
Ninik Sri. 1998. PerencanaanProgram Penyuluhan :TeoridanPraktek. Yogyakarta :UniversitasAtma Jaya.
Mardikanto, Totok. 1992. Penyuluhan Pembangunan
Pertanian. Surakarta:
Universitas
Sebelas Maret.
Slamet, Margono. 1978. Kumpulan Bacaan Penyuluhan
Pertanian Bogor. Institut
Pertanian
Bogor.
Suriatna, S. 1973. Membina Penyuluhan Pertanian. NAEP.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Asngari, P. 2005. Perencanaan Program Penyuluhan. IPB.
Departemen Pertaniaan. 2003. Metode Penyuluhan Pertanian.
Pusluhtan.
Permentan Nomor 52 tentang Metode Penyuluhan Pertanian
tahun 2010 Maret.
Slamet, Margono. 1978. Kumpulan Bacaan Penyuluhan
Pertanian Bogor. Institut
Pertanian
Bogor.
Suriatna, S. 1973. Membina Penyuluhan Pertanian. NAEP.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Asngari, P. 2005. Perencanaan Program Penyuluhan. IPB.
Departemen Pertaniaan. 2003. Metode Penyuluhan Pertanian.
Pusluhtan.
Permentan Nomor 52 tentang Metode Penyuluhan Pertanian
tahun 2010.
0 komentar:
Posting Komentar